Tembang Mocopat Maskumambang, Inilah Makna dan Pemahamannya
LINTASDAERAHNEWS.COM - Sebuah ilmu pengetahuan yang sudah lama berada ditanah Nuswantara yaitu pendalaman dari dzat hidup. Dzat hidup itu sendiri bersifat kekal, abadi atau langgeng.
Pencarian dzat hidup itu mustahil diperolah dan bisa dipahami begitu saja, melainkan proses dari pengembangan akal budi yang semula berada pada posisi terdiam atau jumeneng. Manusia Jawa , adalah suatu wadah pilihan yang telah memperoleh hidayah Ilham, sehingga sebelum zaman prasejarah sudah mampu mendeteksi angan yang bersifat pencarian Sang Pencipta, sementara di zaman jazirah, tabiat masyarakatnya kebanyakan masih cenderung jahiliyah.
Manusia Jawa sudah berada pada bagaimana manusia mengetahui dirinya, membaca dirinya dan mencari sifatnya.
Tanpa disadari hal ini dilakukan secara terus menerus, seiring dengan prosesi kehidupannya sehari-hari. Mereka melihat alam semesta, langit langit, gugusan bintang, tumbuhan, gunung, lembah ngarai, sungai hingga samudra luas. Hingga pada titik baliknya, manusia Jawa melihat dirinya sendiri kenapa bergerak, bernafas, bicara, mendengar dan merasakan apapun yang berada pada benaknya. Pada titik nadirnya manusia Jawa menyelami diri sendiri. Hal "hidup" berada pada dirinya, mulai berfikir juga tentang dari mana asalnya, bagaimana dia berada pada posisi sekarang, hingga melihat manusia yang lain statis atau diam mati.
Dari situlah manusia Jawa mulai mengejawantahkan proses terjadinya ( manusia ). Hingga dapat memahami asal muasalnya...nah dari manakah Meraka tau akan dirinya, maka mulai berangan suatu penciptaan. Untuk itu diskripsi dan narasi kali ini sarat akan kajian prosesi Sangkan Paraning Dumadi. Namun awal narasi ini akan memahami titah ilmu pengetahuan yang telah disadur dalam wadah tetenger yang di tandai dengan sebutan MASKUMAMBANG. Dilihat dari artinya, maskumambang terdiri dari dua kata yaitu MAS & MAMBANG. Mas yang berarti Emas atau sesuatu yang bernilai/berharga, sedangkan Mambang berarti mengambang.
Paragraf diatas itulah awal mula dari makna harfiah yang terdapat dalam tembang mocopat yang disebut dengan MASKUMAMBANG. Adalah sebuah cikal bakal dari awal terjadinya manusia. Manusia berbadan hakekat dua yaitu permulaan pria dan wanita. Pria tersabda dari sari pati tanah sedangkan wanita dari anasirnya atau unsur.
Setelah dihidupkan kemudian deberikan sifat Cinta Kasih ( welas asih ) dia membawa unsur kehidupan baru lagi yang ditandai dengan mobah polah atau gerak. Unsur kehidupan ini dinamai dengan benih kehidupan, yang berdiri sendiri tanpa wadah. hanya berada pada badan kasar manusia pria. Sedangkan yang satu lagi adalah manusia wanita yang membawa wadah benih, yang berdiri sendiri pula, benih ini akan gugur manakala tidak ditemui Anasir hidup dari Anasir yang di bawa oleh pria. Jadi dzat hidup sendiri sudah berada pada masing masing tempatnya, namun tidak mampu tumbuh jika cinta kasihnya tidak dipertemukan. Nah saat pertemuan inilah kedua Anasir hidup bersatu, membentuk kehidupan baru yang dinamakan dengan Janin, yaitu bakal manusia baru, yang berada pada kandungan seorang biyung atau ibu, yang dalam pertumbuhannya membutuhkan anasir pakan atau makanan yang di peroleh dari saripati halus lewat talipusar yang diberikan dari dalam kandungan ibu.
Benih manusia baru itulah yang dinamakan dengan sesuatu yang berharga, karena bakal ada wujud manusia baru lagi, yang disebut dengan bayi. Keberadaanya ada pada kandungan yang berisi air ketuban atau kawah, dan mengambang pada posisi kawah itu, disitulah bakal kehidupan baru itu berada pada posisi mengambang, maka disebut dengan MASKUMAMBANG.
Orok atau bayi yang berada diposisi itu hanya mampu menerima apapun dari ibu, baik makanan, rasa kasar, hingga rasa halus dari perasaan seorang ibu dengan segenap kasih sayangnya. Manakala ibu mengandung bayi ini lamanya 9 bulan, tentu saja seorang ibu akan menjaganya dari keadaan apapun agar bayinya selamat, hal ini naluriah. Suka dirasakan sang jabang bayi, dukapun dirasakannya, bahkan duka bersifat sakit/lara, terkatung katung didalam kandungan, hingga sang bayi dengan sabar menunggu masa ia di lahirkan, ( nginanti uwating biyung pinuju gumelar ing jagad ).
Makanya jika kita kembali kesifat tembang mocopatnya, tembang ini menggambarkan sebuah hati yang merana, sedih dan pilu. Jika ditilik dari bahasa tembangnya bersifat Balada.
Spelling Pens /Penulis : Setodhisastra
Editor. : Hariono
Posting Komentar