Bentrokan Simpatisan PDIP Versus GPK Militan Sisakan Traumatik Warga Muntilan
MAGELANG, LINTASDAERAHNEWS.COM - Bentrokan dua kelompok massa yang terjadi di depan Toko Tape Ketan Muntilan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, pada Minggu, 15 Oktober 2023 malam lalu, menyusahkan traumatik bagi masyarakat Kecamatan Muntilan.
Sebagaimana diketahui, kelompok yang bertikai hari itu yakni kelompok massa simpatisan Laskar PDI Perjuangan versus GPK Militan.
Sebelum peristiwa itu pecah, massa simpatisan PDI Perjuangan mengikuti acara Banteng #3 Metu Kandang. Acara itu merupakan silaturahmi akbar antar laskar simpatisan PDI. Perjuangan sekaligus lomba laskar di Lapangan drh Soepardi, Sawitan, Kecamatan Mungkid, Magelang.
Terkait peristiwa ini, diakui sejumlah masyarakat telah trauma atas kejadian itu. Pasalnya, massa yang bertikai telah membuat warga ketakutan dan berlarian menghindar. Belum lagi, terjadi aksi saling lempar hingga membakar sepeda motor di hadapan banyak orang tak berdosa.
Seperti yang dituturkan oleh Agus (45), warga Gunungpring. Saat kejadian ia salah satu yang melihat langsung dia kelompok Massa itu bertikai. Karena takut, ia bersama anaknya yang masih usia 3 tahun langsung lari karena menghindari kepungan massa.
"Jujur saya bersama anak saya sampai sekarang masih trauma jika ingat peristiwa Tape Ketan Muntilan itu. Bahkan mendengar suara knalpot nyaring saja, langsung gemetar," kisah Agus, Selasa (17/10/2023) sore.
Agus berharap, kejadian serupa tidak terulang kembali. Begitu juga kegiatan konvoi ia ingin untuk tidak dijadikan tradisi. Tradisi konvoi, terlebih menggunakan sepeda motor knalpot brong sangat merugikan banyak pihak. Selain me ganggu kamtibmas, juga mengganggu kebisingan lingkungan.
"Kalau bisa tradisi konvoi sepeda motor knalpot brong, sudah ditiadakan. Jangan lagi ada dilakukan oleh kelompok siapapun karena mengganggu masyarakat," pinta Agus.
Sebagai dengan Agus, Mutiara (51), yang rumahnya tidak jauh dari Toko Tape Ketan Muntilan, memohon ke pihak berwajib untuk tidak lagi memberi izin terkait kegiatan konvoi knalpot brong.
"Konvoi sepeda motor knalpot brong saatnya ditiadakan. Magelang harus zero konvoi knalpot brong. Itulah tidak membawa manfaat apa-apa. Klau mudaratnya ya, banyak. Bising, kasihan anak bayi dan memberi contoh tidak baik," kata Mutiara sembari mengaku dirinya trauma hingga sekarang terkait kericuhan massa simpatisan laskar PDIP versus GPK Militan.
Sementara itu, pemerhati sosial Kedu Raya, Budi Susilo, S.Sos turut angkat suara terkait peristiwa memalukan di Muntilan pada Minggu lalu. Menurutnya, kejadian itu tidak perlu terjadi jika kedua kubu massa ini saling menghormati dan menghargai.
Karena hal ini sudah terjadi, ia mendesak pihak berwajib untuk mengevaluasi kegiatan konvoi seperti ini.
"Polisi yang berwenang dalam mengeluarkan izin kegiatan, harus dievaluasi. Jangan lagi memberikan izin kepada kelompok siapa saja melakukan konvoi sepeda motor knalpot brong. Harus distop," tandas Budi.
Jika aparat masih toleran dalam memberi izin, maka peristiwa serupa bisa saja terulang lagi. Jika terulang yang rugi adalah masyarakat.
"Bayangkan, kerusuhan pada Minggu, 15 Oktober 2023 kemarin itu, menimbulkan banyak kerugian. Pedagang sekitar kejadian terganggu usahanya, warga yang melintas juga direpotkan segala. Yang parah lagi, kendaraan dibakar, rumah warga rusak kaca jendela segala kena lempar. Siapa yang tanggung jawab jika sudah begini," tegas Budi. (MIS)
Posting Komentar