KKN 046 Curahtakir Melakukan Peningkatan Ketahanan Pangan Melalui Inovasi Rumah Pangan Mandiri Berbasis Hortikultura
JEMBER,LINTASDAERAHNEWS.COM - Kuliah kerja nyata (KKN) adalah bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah tertentu. KKN Kolaboratif yaitu bentuk program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang melibatkan kerja sama antara mahasiswa dari berbagai fakultas maupun universitas.
Program KKN Kolaboratif #3 ini merupakan KKN kolaboratif terbesar di Indonesia tahun 2024. Secara resmi acara program KKN kolaboratif #3 ini di lepas oleh bupati Jember, Hendy Siswanto di depan kantor pemerintah setempat pada hari Senin 22 Juli 2024.
Bupati Jember Hendy Siswanto mengatakan Bahwa KKN kolaboratif ini mengusung tema "Peran Perguruan Tinggi Dalam mewujudkan ketahanan pangan di kabupaten Jember" ada 4001 mahasiswa disebar di sejumlah kelurahan dan desa di kabupaten Jember yang mencapai 248 desa di 31 kecamatan.
Sedangkan KKN Kolaboratif #3 Kelompok 046 di tempatkan di lokasi Desa Curahtakir Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember yang terdiri dari 17 orang dan terdiri dari 7 Universitas di Jawa Timur yang dimulai pada tanggal 22 Juli sampai 28 Agustus 2024 sekitar 35 hari yang akan didampingi oleh Dosen Pembimbing Lapangan Bapak Igam Arya Wada SH.,MH.
Acara penerimaan Mahasiswa KKN kolaboratif kelompok 046 dan kelompok lain yang di tempatkan di kecamatan Tempurejo ini di lakukan di kantor Kecamatan Tempurejo, setelah pelepasan oleh bupati di depan Kantor Pemerintah Kabupaten Jember Selanjutnya adalah perjalanan menuju di desa masing masing di Kecamatan Tempurejo.
Pada minggu pertama, kelompok 046 melakukan survei di berbagai dusun untuk mengidentifikasi potensi dan permasalahan di Desa Curahtakir. Desa ini memiliki 8 dusun, namun hanya 6 yang dapat diakses, yaitu Dusun Curah Rejo, Dusun Punco, Dusun Krajan 1, Dusun Krajan 2, Dusun Kalisanen, dan Dusun Karangarjo. Berikut adalah hasil survei dari keenam dusun tersebut.
Tim menemukan berbagai masalah krusial yang masih bisa diselesaikan. Tiga masalah utama yang sering muncul di beberapa dusun antara lain: Kelangkaan Pupuk Subsidi: Masalah ini ditemukan di Dusun Punco, Curah Rejo, Krajan 1, dan Krajan 2. Kelangkaan pupuk seperti urea dan poska menghambat kegiatan pertanian yang menjadi mata pencaharian utama warga.
Pernikahan Dini: Tingginya angka pernikahan dini menjadi perhatian di Dusun Punco, Krajan 1, dan Krajan 2. Banyak anak yang seharusnya menjalani pendidikan 12 tahun menikah muda, yang berpotensi mengganggu masa depan pendidikan dan kesehatan mereka.
Kondisi Gizi: Meskipun ada upaya peningkatan gizi seperti program posyandu dan "One Day One Egg", masalah stunting masih ditemukan di beberapa dusun seperti Krajan 2. Edukasi dan pelaksanaan program gizi perlu ditingkatkan untuk memastikan penerima manfaat konsisten mengikuti anjuran.
Kesimpulannya, dari ketiga masalah utama tersebut, masalah pangan keluarga merupakan satu hal penting karena gizi keluarga melalui pangan, utamanya sayur-sayuran, dapat membantu mengentaskan stunting di Desa Curahtakir.
Dua dusun yang tidak dapat diakses adalah Dusun Kalibajing dan Curahjambe. Hal ini disebabkan oleh jarak yang cukup jauh dan medan yang sulit dilalui. Masalah yang dihadapi di kedua dusun ini diduga mirip dengan masalah yang ditemukan di Dusun Karangarjo dan Kalisanen, karena berada di bawah pengelolaan PTPN.
Masalah tersebut termasuk tingkat putus sekolah yang tinggi dan pernikahan dini. Meskipun posyandu di kedua dusun tersebut berjalan dengan baik, kemungkinan besar kami tidak akan mengunjungi daerah ini. Medan yang sulit serta sulitnya bertemu dengan kepala dusun menjadi kendala utama. Karena kondisi di Dusun Kalibajing dan Curahjambe berada dalam lingkungan PTPN, masalah yang dihadapi kemungkinan serupa dengan yang ada di Dusun Karangarjo.
Pada hari Minggu, setelah melakukan survei, mahasiswa dan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) mengadakan rapat untuk membahas program kerja yang akan dilakukan. Sebelum rapat dengan DPL, mahasiswa KKN mengadakan diskusi internal untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan. Dalam rapat tersebut, koordinator desa menyampaikan semua usulan program kerja kepada DPL dan berdiskusi mengenai program kerja yang paling sesuai untuk Desa Curahtakir dan 17 mahasiswa KKN.
Bapak Igam Arya Wada, SH., MH., selaku Dosen Pembimbing Lapangan, memberikan arahan dan motivasi kepada para mahasiswa. Akhirnya, program kerja yang dipilih terinspirasi dari konsep Ketahanan Rumah Pangan Lestari (KRPL), dan mahasiswa KKN sepakat untuk melaksanakan program kerja dengan tema "Rumah Pangan Mandiri Berbasis Hortikultura". Dosen Pembimbing Lapangan juga terus memantau perkembangan program baik secara langsung maupun melalui pertemuan daring (Zoom meeting).
Selain kegiatan program kerja mahasiswa KKN juga diminta untuk berpartisipasi dalam kegiatan "Gemari Makan Ikan Jember Sehat Bebas Stunting" yang diselenggarakan oleh Himpaudi di Desa Curahtakir. Selain itu, mahasiswa KKN turut memeriahkan acara senam lansia bersama ibu-ibu desa serta membantu dalam penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Balai Desa Curahtakir.
Program ini berfokus pada peningkatan kemandirian pangan keluarga, mengurangi ketergantungan pada pasar, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Program kerja tersebut juga telah disetujui oleh sekretaris desa yaitu ibu Mukaya beliau menyampaikan bahwa "pada dasarnya saya sebagai perwakilan dari dari desa menyetujui rencana program dari anak mahasiswa untuk menciptakan ketahanan pangan melalui program KRPL di desa curahtakir" Sehingga diharapkan inovasi di bidang ketahanan pangan dapat menyelesaikan permasalah pangan di kabupaten Jember khususnya di desa curahtakir.
Penulis : KKN 046 Curahakir
Editor. : Hariono
Posting Komentar